Ini Biang Keringat atau Alergi, Ya?

BANYAK Moms yang bingung membedakan antara biang keringat dengan alergi. Keduanya memang agak sulit dibedakan.

Namun kini Anda tak perlu bingung, karena penjelasan dr Sandra Widaty, SpKK (K) dari Senopati Skin Center, Jakarta berikut mampu menjawabnya!

Biang Keringat

Tahukah Moms, 70 persen tubuh bayi ternyata mengandung air. Itulah mengapa, bayi mudah sekali mengeluarkan keringat bila dibandingkan dengan orang dewasa.

Biang keringat atau dalam istilah medis disebut miliaria merupakan gangguan yang terjadi akibat sumbatan saluran kelenjar keringat di kulit. Akibatnya, keringat menumpuk dan tidak dapat keluar ke permukaan kulit sehingga timbul peradangan di kulit yang ditandai oleh rasa gatal, perih, dan warna kemerahan.

Biang keringat ini sering dijumpai pada daerah bersuhu panas dengan kelembapan tinggi seperti di daerah tropis, termasuk Indonesia, dan sering menimpa bayi dan anak-anak.

So, Moms jangan sering-sering kenakan baju-baju bayi yang serba tertutup, selimut, bedong bayi bahkan kaos kaki di sepanjang hari. Hal itu bisa membuat si kecil jadi kegerahan dan memroduksi keringat berlebih, apalagi kalau suhu udara sedang panas.

Gejala Biang Keringat

Pada biang keringat ringan, akan tampak bintil-bintil putih melenting, berair, dan mengkilap tanpa disertai gatal. Sebaliknya, biang keringat semakin parah bila terlihat bintil-bintil merah, gatal, melenting, berair, dan perih yang disertai dengan rasa gatal.

Biasanya biang keringat sering muncul pada bagian tubuh yang banyak mengeluarkan keringat seperti dahi, leher, dada, punggung, dan lipatan-lipatan kulit.

Cegah dan Atasi Biang Keringat

. Bayi sebaiknya dimandikan secara teratur pagi dan sore. Jauh lebih baik menggunakan sabun cair antiseptik untuk bayi.

. Gunakan pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat seperti katun.

. Usahakan tubuh tetap sejuk dan kering terutama bagian-bagian tubuh yang banyak berkeringat seperti dahi, leher, punggung dan lipatan-lipatan tubuh.

. Jika berkeringat, bersihkan dengan waslap basah kemudian keringkan. Kenakan baju yang kering dan bersih.

. Usahakan sirkulasi udara di ruangan rumah terjaga sehingga ruangan tempat bayi tetap sejuk dan tidak pengap. Bila perlu gunakan fasilitas seperti AC.

. Sebaiknya, jangan mengoleskan baby oil, baby lotion atau baby cream di sekujur tubuhnya sepanjang hari. Gunakanlah produk tersebut sesuai kebutuhan, misalnya jika kulit bayi tampak kering. Kulit yang kering akan menghambat keluarnya keringat dan memudahkan infeksi bakteri.

Alergi

Alergi merupakan reaksi imun yang terjadi terhadap substansi tertentu yang ada di lingkungan sekitar, yang kita sebut allergen (faktor pencetus). Jika Moms atau keluarga memiliki riwayat alergi, kemungkinan besar bayi Moms juga bisa mengidap alergi.

Faktor pencetus alergi banyak sekali, bisa dari makanan (seperti susu sapi, kacang, udang) udara (cuaca), debu, kosmetik, obat dan sebagainya.

Timbul Bercak Merah

Bila Moms melihat di permukaan kulit si kecil ada ruam atau bercak merah, bentol-bentol seperti biduran disertai rasa gatal, bisa jadi ini pertanda alergi. Walau begitu, reaksi alergi pada bayi maupun anak berbeda-beda, bahkan ada yang disertai muntah dan diare.

Untuk membedakannya dengan biang keringat, bintik kemerahan akibat alergi itu biasanya bentuknya lebih luas dan bisa timbul di sembarang tempat di seluruh tubuh.

Nah, salah satu gangguan kulit akibat alergi yang kerap ditemui pada bayi dan anak-anak adalah eksim atopik atau dermatitis atopik.

Biasanya timbul bintik-bintik merah di daerah lipatan, ataupun ruam merah di pipi disertai rasa gatal (orang awam sering menyebutnya sebagai ruam susu). Sementara gejala pada anak biasanya berupa gatal-gatal hebat, dapat hilang dan timbul kapan saja. Utamanya di daerah tungkai atas bagian belakang, lipatan siku, lipatan lutut, dan paha.

Kiat Minimalkan Alergi!

Upaya terbaik mencegah alergi adalah menghindari faktor pencetus. Namun demikian, langkah-langkah ini akan mengurangi kemungkinan si kecil menderita alergi:

1. Usahakan untuk memberikan ASI eksklusif paling tidak 6 bulan pertama. Langkah ini untuk membantu daya tahan tubuh bayi dan mengurangi risiko alergi pada bayi.

2. Hindari makanan tambahan sebelum si kecil mencapai usia 4 bulan mengingat sistem pencernaan bayi belum berfungsi sempurna seperti orang dewasa.

3. Hindari faktor-faktor pencetusnya seperti debu, tungau yang sering Moms temukan di karpet, kasur atau tempat lainnya yang berpotensi dihinggapi debu atau tungau. Pada beberapa bayi yang menderita alergi, protein pada susu sapi disinyalir menjadi allergen.

4. Jika buah hati Moms mengalami reaksi alergi, segera tanyakan ke dokter yang ahli menanganinya. Jangan serta merta mengganti susu formulanya.

From :MSN News.com